Archive for Maret, 2014

BERFIKIR INDUKTIF

Tugas ke-3. Bahasa Indonesia2

nama: dwi chuswanda

NPM: 12211233

kelas: 3EA03

 

BAB III

BERFIKIR INDUKTIF

3.1  Generalisasi

Generalisasi merupakan salah satu cara berfikir induktif dengan menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data yang ada.

3.2 Hipotesis dan Teori

a) HIPOTESIS

Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif. Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, diantaranya :
1. Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori.
2. Hipotesis dapat diuji dan ditunjukan kemungkinan benar atau tidak benar atau di falsifikasi.
3. Hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuan dapat keluar dari dirinya sendiri.

Hipotesis dalam penelitian, yaitu :

  • Untuk menguji teori,
  • Mendorong munculnya teori,
  • Menerangkan fenomena sosial,
  • Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,
  • Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.

Ciri-ciri karakteristik hipotesis yang baik dan benar :
1. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi.
2. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional.
3. Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti.
4. Hipotesis harus bebas nilai.
5. Hipotesis harus dapat diuji.

6. Hipotesis harus spesifik.
7. Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel.

Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum ;
• Penentuan masalah.
• Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
• Pengumpulan fakta.
• Formulasi hipotesa.
• Pengujian hipotesa.
• Aplikasi/penerapan.

b) TEORI
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan mengendalikan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.
Ada beberapa elemen teori, yaitu ;
1) Elemen yang pertama yaitu Konsep. Konsep adalah sebuah ide yang diekspresikan dengan simbol atau kata. Konsep dibagi dua yaitu simbol dan definisi.
2) Elemen yang kedua yaitu Scope. Dalam teori ini seperti yang dijelaskan diatas memiliki konsep yang bersifat abstrak dan kongkret.
3) Elemen yang ketiga yaitu Relationship. Teori ini merupakan sebuah relasi dari konsep-konsep secara lebih jelasnya teori merupakan bagaimana konsep-konsep berhubungan.

3.3 Analogi

Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada.

3.4 Hubungan Klausa

Sebuah kalimat paling sederhana yang terdiri dari satu klausa sedangkan kalimat yang lebih rumit dapat terdiri dari beberapa klausa dan satu klausa dapat juga terdiri dari beberapa klausa.
Klausa pada umumnya dibagi menjadi klausa dependen dan klausa independen. Sebuah klausa independen dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kalimat sedangkan klausa dependen harus terhubung dengan klausa lainnya. Klausa independen dapat berupa anak kalimat atau kalimat yang setara dengan klausa yang lainnya.

3.5 Induksi Dalam Metode Eksposisi

Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.

 

http://busniatijhanu.blogspot.com/2014/03/bab-iii-berpikir-induktif.html

Berpikir Deduktif

Tugas ke-2 BAHASA INDONESIA 2

NAMA: DWI CHUSWANDA

NPM: 12211233

KELAS: 3EA03

 

BAB II

BERPIKIR DEDUKTIF

2.1 Silogisme Kategorial

Silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi ketiga. Silogisme kategorial adalah silogisme yang terdiri dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis yang bersifat umum disebut premis mayor dan premis yang bersifat khusus disebut premis minor. Premis mayor adalah proposisi yang dianggap benar bagi semua anggota kelas tertentu. Premis minor adalah proposisi yang mengidentifikasi sebuah peristiwa (fenomena) yang khusus sebagai anggota dari kelas tadi. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.

contoh:

  1. Semua hewan berkembang biak.

    Semua monyet adalah hewan.

    Jadi, semua monyet berkembang biak.

  2. Semua kendaraan memiliki roda.

    Semua sepeda adalah kendaraan.

    Jadi, semua sepeda memiliki roda.

  3. Semua manusia sopan.

    Semua dosen adalah manusia.

    Jadi, semua dosen sopan.

    Untuk menghasilkan simpulan harus ada term menengah sebagai penghubung antara premis mayor dan premis minor. term penengah hanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau term menengah tidak ada, simpulan tidak dapat diambil.

contoh:

  1. Semua manusia tidak sopan.

    Semua bebek bukan manusia.

    Jadi, (tidak ada simpulan).

  2. Semua kendaraan tidak memiliki roda.

    Semua radio bukan kendaraan.

    Jadi, (tidak ada simpulan).

  3. Semua binatang tidak berkembang biak.

    Semua mawar bukan binatang.

    Jadi, (tidak ada simpulan).

2.2 Silogisme Hipotetis

Silogisme Hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Kalau premis minornya membenarkan antesede, simpulannya membenarkan konsekuen. Kalau premis minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.

Contoh :

  1. Jika beras dimasak, beras akan menjadi nasi.

    Beras dimasak.

    Jadi, beras menjasi nasi.

    Jika beras tidak dimasak, beras tidak akan menjadi nasi.

    Beras tidak dimasak.

    Jadi, beras tidak akan menjadi nasi.

  2. Jika plastic dibakar, plastik akan meleleh.

    Plastic dibakar.

    Jadi, plastic meleleh.

    Jika plastik tidak dibakar, plastik tidak akan meleleh.

    plastik tidak dibakar.

    Jadi, plastik tidak akan meleleh.

  3. Jika pakaian dicuci, pakaian akan menjadi bersih.

    Pakaian dicuci.

    Jadi, pakaianmenjadi bersih.

    Jika pakaian tidak dicuci, pakaian tidak akan menjadi bersih.

    Pakaian tidak dicuci.

    Jadi, pakaian tidak akan menjadi bersih.

2.3 Silogisme alternatif

Silogisme alternative adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternative. Kalau premis minornya membenarkan salah satu alternative, simpulannya akan menolak alternative yang lain.

Contoh :

  1. Dia adalah seorang dokter atau guru.

    Dia seorang dokter.

    Jadi, dia bukan seorang guru.

    Dia adalah seorang guru.

    Dia bukan seorang dokter.

    Jadi, dia seorang guru.

  2. Dia adalah seorang nelayan atau petani.

    Dia seorang nelayan.

    Jadi, dia bukan seorang petani.

    Dia adalah seorang petani.

    Dia bukan seorang nelayan.

    Jadi, dia seorang petani.

  3. Dia adalah seorang pelajar atau pegawai.

    Dia seorang pelajar.

    Jadi, dia bukan seorang pegawai.

    Dia adalah seorang pegawai.

    Dia bukan seorang pelajar.

    Jadi, dia seorang pegawai.

2.4 Entimem

Enthymeme, enthymema (Yunani) berasal dari kata kerja enthymeisthai yang berarti ‘simpan dalam ingatan’. Silogisme ini muncul hanya dengan dua proposisi.

Contoh :

  1. Semua petani adalah orang yang pandai berkebun.

    Rudi adalah seorang petani.

    Jadi, Rudi adalah orang yang pandai berkebun.

  2. Semua pengangguran adalah orang yang malas.

    Sari adalah seorang pengangguran.

    Jadi, Sari adalah orang yang malas.

  3. Semua polisi adalah orang berjiwa besar.

    Rava adalah seorang polisi.

    Jadi, Rava adalah orang berjiwa besar.

 

http://seviaindah.blogspot.com/2011/04/contoh-kalimat-deduksi-silogisme-emiten.html

 

 

PENALARAN

Nama: Dwi Chuswanda

Kelas: 3EA03

NPM: 12211233

BAB I

PENALARAN

1.1 Pengertian Penalaran

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empiric) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan berbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. proses inilah yang disebut menalar. Ada dua metode dalam penalaran yaitu deduktif dan induktif.

  • Penalaran Deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Contoh: Laptop adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi -DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi kesimpulan —> semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
  • Penalaran induktif adalah penalaran yang memberlakukan atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum (Smart,1972:64). Penalaran ini lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau empiri. Dengan kata lain penalaran induktif adalah proses penarikan kesimpulan dari kasus-kasus yang bersifat individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum (Suriasumantri, 1985:46). Inilah alasan eratnya kaitan antara logika induktif dengan istilah generalisasi. Contoh: -Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan -Ikan Paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan kesimpulan —> Semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan Sumber.

1.2 Proposisi Penalaran

Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat. Kalimat Tanya, kalimat perintah, kalimat harapan, dan kalimat inversi tidak dapat disebut proposisi. Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Tetapi kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.
Jenis-Jenis Proposisi
Proposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan :
  1. Berdasarkan bentuk
  2. Berdasarkan sifat
  3. Berdasarkan kualitas
  4. Berdasarkan kuantitas
 

Berdasarkan bentuk, proposisi dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Tunggal adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat atau hanya mengandung satu pernyataan.
Contoh :
• Semua petani harus bekerja keras.
• Setiap pemuda adalah calon pemimpin.
b. Majemuk atau jamak adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan lebih dari satu predikat.
Contoh :
• Semua petani harus bekerja keras dan hemat.
• Paman bernyanyi dan menari.

Berdasarkan sifat, proporsis dapat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu:
a. Kategorial adalah proposisi yang hubungan antara subjek dan predikatnya tidak membutuhkan / memerlukan syarat apapun.
Contoh:
• Semua kursi di ruangan ini pasti berwarna coklat.
• Semua daun pasti berwarna hijau.
b. Kondisional adalah proposisi yang membutuhkan syarat tertentu di dalam hubungan subjek dan predikatnya.

Proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu: proposisi kondisional hipotesis dan disjungtif.
Contoh proposisi kondisional:
• jika hari mendung maka akan turun hujan
Contoh proposisi kondisional hipotesis:
• Jika harga BBM turun maka rakyat akan bergembira.
Contoh proposisi kondisional disjungtif:
• Christiano ronaldo pemain bola atau bintang iklan.

Berdasarkan kualitas, proposisi juga dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Positif(afirmatif) adalah proposisi yang membenarkan adanya persesuaian hubungan antar subjek dan predikat.
Contoh:
• Semua dokter adalah orang pintar.
• Sebagian manusia adalah bersifat sosial.
b. Negatif adalah proposisi yang menyatakan bahawa antara subjek dan predikat tidak mempunyai hubungan.
Contoh:
• Semua harimau bukanlah singa.
• Tidak ada seorang lelaki pun yang mengenakan rok.
 
Berdasarkan kuantitas., proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
a. Umum adalah predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh subjek.
Contoh:
• Semua gajah bukanlah kera.
• Tidak seekor gajah pun adalah kera.
b. Khusus adalah predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian subjeknya.
Contoh:
• Sebagian mahasiswa gemar olahraga.
• Tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi.

1.3 Inferensi & Implikasi

Metode inferensi adalah mekanisme berfikir dan pola-pola penalaran yang digunakan oleh sistem untuk mencapai suatu kesimpulan. Metode ini akan menganalisa masalah tertentu dan selanjutnya akan mencari  jawaban atau kesimpulan yang terbaik. Penalaran dimulai dengan mencocokan kaidah-kaidah dalam basis pengetahuan dengan fakta-fakta yang ada dalam basis data.
Ada dua metode inferensi yang dapat digunakan, yaitu:
Forward chaining merupakan metode inferensi yang melakukan penalaran dari suatu masalah kepada solusinya. Jika klausa premis sesuai dengan situasi (bernilai TRUE), maka proses akan menyatakan konklusi. Forward chaining adalah data-driven karena inferensi dimulai dengan informasi yang tersedia dan baru konklusi diperoleh. Jika suatu aplikasi menghasilkan tree yang lebar dan tidak dalam, maka gunakan forward chaining.
Fakta dapat ditulis :
1.       p → q
2.       r  v s
3.       r → t
4.       ~q
5.       u → v
6.       s → p
Inferensi yang dapat dilakukan
1.        p → q                                               3. r  v  s
      ___~q                                                     __~s
     ~p                                                            r
2.       s → p                                                 4. r → t
     __~p                                                        r___
Kesimpulan : Kacamata ada di meja tamu
Implikasi adalah pernyataan majemuk yg menggunakan kata hubung “jika…maka…”disebut implikasi,  pernyataan bersyarat, kondisional atau hypothesical notasi.

1.4 Wujud Evidensi

Wujud Evidensi merupakan semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh digabung dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu.

1.5 Cara Menguji Data

Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.
  1.  Observasi
  2. Kesaksian
  3. Autoritas

1.6 Cara menguji fakta

Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
  1. Konsistensi
  2. Koherensi

1.7  Cara menguji autoritas

Seorang penulis yang objektif selalu menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
  1. Tidak mengandung prasangka
  2. Pengalaman dan pendidikan autoritas
  3. Kemashuran dan prestise
  4. Koherensi dengan kemajuan

PENGERTIAN PENALARAN

http://nu2ges.blogspot.com/p/proposisi-term-penalaran-dan-permis.html

http://desyantigularti.blogspot.com/2014/03/penalaran.html